Kamu berdiri di atas perahu kayu yang melaju pelan di perairan sebening kaca. Langit biru membentang luas, matahari bersinar hangat di kulitmu, dan angin laut yang segar membelai wajahmu. Di bawah perahu, kamu bisa melihat ikan warna-warni berenang di antara terumbu karang yang luar biasa indah.
Di kejauhan, gugusan pulau-pulau hijau dengan tebing karst menjulang seperti benteng alam. Burung-burung cendrawasih melintas di udara, menari dengan ekor mereka yang panjang dan anggun. Kamu tersenyum, menikmati ketenangan ini, suara ombak kecil yang menyentuh tepi perahu terasa seperti musik alam yang menenangkan.
Lalu perahu berhenti di sebuah pantai tersembunyi. Pasir putihnya begitu lembut di bawah kakimu, airnya jernih kehijauan, dan kamu bisa melihat bintang laut di dasar laut dangkal. Kamu berjalan perlahan, merasakan kesejukan air laut yang membasahi kaki.
Tak jauh dari situ, seorang pemandu lokal mengajakmu snorkeling. Begitu kamu menyelam, dunia baru terbuka di depan mata—karang-karang berwarna merah, ungu, dan biru bergelombang diterpa arus. Sekelompok ikan badut berenang di antara anemon laut, sementara penyu hijau melintas anggun seakan menyapamu.
Saat kembali ke perahu, kamu duduk di tepi dan menatap matahari yang perlahan mulai turun, menciptakan gradasi jingga dan ungu di cakrawala. Kamu menarik napas dalam, menikmati momen ini. Ini adalah surga, dan kamu ada di dalamnya.
Duduk di tepi pantai Raja Ampat, angin laut sepoi-sepoi, dan di depanmu ada panggangan kayu yang mengeluarkan aroma asap wangi. Di atas panggangan itu, ada seekor ikan segar—bisa ikan kakap, baronang, atau kerapu—yang baru ditangkap tadi pagi. Ikan itu sudah dibumbui dengan garam, perasan jeruk nipis, dan sedikit minyak kelapa, lalu dibakar pelan-pelan di atas bara api. Aroma daging ikan yang mulai matang bercampur dengan harum asap, bikin perut makin keroncongan. Kulit ikan sedikit renyah, tapi dagingnya tetap lembut dan juicy di dalam. Di samping ikan bakar ini, ada sambal colo-colo, sambal khas Maluku-Papua yang segar dan pedas. Sambal ini dibuat dari potongan tomat segar, bawang merah, cabai rawit yang menggigit, daun kemangi, perasan jeruk nipis, dan sedikit kecap manis. Rasanya? Seger, pedas, dan sedikit asam, bikin lidah langsung melek!
BACA JUGA >> Surga Tersembunyi di Pesisir Barat Lampung
Ikan bakar colo-colo ini biasanya dimakan bareng nasi hangat atau papeda (kalau mau versi khas Papua). Saat kamu mencolek sambal dan menyuap ikan ke mulut, rasanya langsung meledak—gurih dari ikan, pedas-segar dari sambal, plus aroma bakaran yang khas.
Di depanmu, laut biru membentang luas, burung camar beterbangan di langit, dan kamu menikmati suapan demi suapan sambil melihat matahari mulai tenggelam di cakrawala…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar